Jumat, 26 Oktober 2012

Ratapan Sang Arie Yang Tegar


Lenyap menyapa jiwa
Rindu mengetuk rasa

pasrah,
aku lelah,
hilang segala tabah,
sia-sia semua langkah,

sudah,
aku marah,
yang aku mau kini dia telah menyerah,
yang aku benci datang dari segala arah.

Jauh aku merenung ke infiniti
merenungi diri,
mencari salah dalam setiap laku
Mencarimu dihidupku

Tiada,
Engkau tiada dihidupku.
Engkau telah pergi
Mata hatiku menikam
Perasaanku terus dalam kekecewaan
Masih tak mampu menerima kenyataan
Kau akan menikah dengannya
Hanya karna ku salah berucap
kau tancapkan belati dalam hatiku
Mungkin kutemui engkau di lain waktu,
atau,
Mungkin di saat itu kau akan lihat namamu ada di batu nisanku.

Dan aku cukup membencimu untuk berjalan pergi dan tiada kembali saat
waktu melangkah tanpamu di sepanjang jalan melindap mengkristalkan
satu-jalan di sepanjang mata dan pipiku di saat engkau pergi..

Aku cukup membencimu untuk melihat badai di belakangmu rampung
merobeki aku dan membuatku percaya bahwa hatiku tak selalu sejalan
dengan pikiran dan satu-tubuhku di saat engkau pergi..

Aku cukup membencimu untuk menunggu sehari setelah hari yang ku
syukuri membawa engkau kembali ke mataku melalui satu-dimensi
dengan badai di belakangmu mengikuti di saat engkau pergi.


0 komentar: