Di dunia ini, tentunya setiap orang ingin memiliki sebuah kehidupan
yang sempurna. Entah itu berupa kebahagiaan, memperoleh kekayaan, nama
yang termashur, kesuksessan, mendapatkan cinta adalah merupakan sebuah
kesempurnaan hidup. Tetapi itu pun tergantung dari penilaian
masing-masing pribadi yang bersangkutan.
Hidup sederhana dan apa adanya, bersyukur, berbuat kebaikan, menolong
sesama manusia, juga merupakan kesempurnaan hidup. Dibalik itu semua,
ada sebuah sisi hidup manusia yang terlewatkan oleh kita. Ketika kita
melihat kehidupan di bawah, apakah yang ada dalam benak mereka? tentu
saja kita tak pernah tahu apa yang terlintas dihati mereka.
Sebut saja namanya bi Inah, ia berasal dari sebuah dusun dan hidup
disebuah kota sebagai seorang peminta-minta. Awalnya ia ingin mencari
pekerjaan, namun karena kurangnya pengetahuan bahkan ketrampilan
akhirnya ia pun menjadi seorang pengemis. Jangankan pengetahuan dan
ketrampilan, hidup di kota pun tak ada bayangan sama sekali betapa
sulitnya mencari sebuah penghidupan. Yang ia tahu hanyalah di kota
banyak pekerjaan. Pada kenyataannya di kota sulit mencari pekerjaan,
apa lagi tanpa pengetahuan dan ketrampilan yang memadai.
Ketika saya bertemu dengan bi Inah di emperan toko, iseng-iseng saya
bertanya,”bi punya anak gak, kenapa pergi ke kota sendirian?
.” Bi Inah
matanya menerawang jauh, lalu ia berkata,”anak saya tidak peduli kemana
saya mau pergi.” Lho, bibi gak punya suami?. “Sudah meninggal mbak….”
Kasihan sekali, ternyata bi Inah nasibnya demikian menyedihkan.
Diusianya yang sudah lumayan tua, ia harus hidup sedemikian rupa dan
menghidupi dirinya sendiri. Tidur di emperan, mengharap belas kasihan
orang. Saat itu ia mengatakan pada saya bahwa ia tak ingin bernasib
demikian. Tapi sayangnya takdir memberikan kehidupan seperti yang ia
jalani.
Ada satu hal yang membuat saya tertegun dan teriang-iang selalu
mendengar kata-katanya, yaitu,”kalo jadi orang kaya enak mbak, tinggal
makan tidur dan punya duit banyak.” Gak perlu mikirin besok makan apa?.
“Nggak kayak saya, hidup dari belas kasih orang.” Coba kalo saya jadi
orang kaya, saya akan banyak beramal membantu orang yang miskin.” Tapi
orang kaya kok banyak yang pelit ya?. “Mbak tahu gak, semua orang pasti
gak mau miskin?!.”
Benar juga, apa yang ia katakan. Di dunia ini pasti gak ada yang mau
hidup miskin. Dan yang menjadi pertanyaan saya dalam hati adalah jika
benar ia menjadi kaya di satu saat nanti bisakah ia menepati apa yang ia
katakan?. Seperti yang sering kita lihat, bahwa manusia selalu “lupa”
ketika berada di atas. kecuali ia adalah manusia yang sadar akan
dirinya, bahwa apa yang ia miliki adalah bagian dari kehidupan orang
lain (seperti bersedekah). Harta juga hanyalah titipan Allah semata.
My Facebook
Kategori
- Movie (3)
- Music (2)
- Nilai Kehidupan (11)
- Novel (3)
- Pantun (4)
- Pengetahuan (3)
- Puisi kehidupan (5)
- Puisi ungkapan hati (3)
- Sejarah (8)
- Syair (4)
- video (3)
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
- 28 Okt - 4 Nov (10)
- 21 Okt - 28 Okt (40)
posting populer
-
Hidup yang pelik Mencekam hati Merenggut dada Menopang jiwa Menusuk batin Seakan telah menjadi takdir hidup ini Meratapi bulan di malam ...
0 komentar: